Sebuah cerpen di antara jubelan khazanah hidup lainnya tak perlu dipuja-puja. Lantaran ia memang lahir untuk terus berada di pinggiran kehidupan, sunyi, dan miskin: honor kecil, sulit dimuat, tak mengangkat citra sosial. la hanyalah kebahagiaan individual di kedalaman batin dan spiritual pengarangnya. Karena itulah, jangan sangka si miskin penyair, cerpenis, atau novelis akan menyesali dirinya …
Membaca cerpen-cerpen Risda bagaikan mensasuki hamparan permadani yang amat lebar dan luas, yang di dalamnya Anda akan dihuat bingung bila tidak berjalan dengan pelan, hati-hati, teliti, dan penuh perhatian. Tentu, diperlukan kecerdikan teknik untuk mampu menyulam benang-benang cerita itu hingga menjadi hamparan permadani yang indah dan utuh. Di luar aspek permadani itu, Risda memantulkan cermi…